Waroeng Mae: Jejak Kuliner Pantura Batang Tempo Dulu

Mariana Ariani (40) sebelumnya bekerja sebagai guru di sebuah Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM). Semenjak Ibunya meninggal, Ia memutuskan berhenti (resign) dari tempatnya bekerja untuk fokus merawat ayahnya yang juga butuh perawatan karena sakit.



Mariana adalah generasi ketiga yang memutuskan untuk menekuni usaha kuliner turun temurun ini. Di tangannya, warung yang sebelumnya berfokus melayani para sopir dan pengguna jalan, ia transformasikan menjadi sebuah usaha katering yang kini menjadi langganan beberapa perusahaan dan instansi.

“Yang merintis usaha warung adalah nenek saya, beliau bernama Mbah Karmonah. Nenek yang memasak dan Kakek (Mbah Sardiun) yang melayani para pembeli”, ujar Mariana. “Di sekitar 1978, usaha ini diwarisi oleh Ibu saya, yaitu Ibu Tunut Barkah yang diteruskan hingga pertengahan dekade 2010-an”, tambahnya.

“Ibu wafat sekira tiga tahun yang lalu, sebelumnya saya memang berniat membantu Ibu mengelola usaha, namun saat itu, Ibu meminta saya untuk tetap bekerja sebagai guru”, Mariana bercerita. “Waktu itu, Ibu bilang ke saya, siapa tahu nanti saya diangkat jadi PNS”, ungkapnya.

Mariana mengungkapkan bahwa ia mengundurkan diri dari pekerjaannya setelah Ibunya meninggal. Ia menyatakan bahwa alasan utamanya mengundurkan diri adalah untuk merawat ayahnya yang juga sakit. Tak lama, ayahnya juga meninggal, setelah itu, ia jadi tidak memiliki kesibukan dan memutuskan untuk melanjutkan kembali usaha kuliner keluarganya.

review Waroeng Mae



Semenjak tol Trans Jawa beroperasi, lalulintas di jalur pantura Batang-Alas Roban memang menurun. Hal ini juga berdampak pada keberlangsungan warung-warung di sekitarnya. Dengan kondisi seperti itu, Mariana mau tidak mau harus melakukan manuver bisnis agar usaha keluarganya ini bisa bertahan.

Langkah strategis yang selanjutnya Ia ambil adalah dengan membuka jalur pemesanan katering. Ia bahkan turut bergabung dengan aplikasi besutan Pemprov Jateng yang menangani pengadaan katering bagi instansi-instansi di lingkungan Pemprov Jateng.

Dengan bekal resep warisan Ibunya, katering Mariana pun banjir pesanan. Sebagian besar pesanan berasal dari instansi pemerintah. “Saya juga pernah mendapat pesanan dari PLTU (PT. BPI), lalu Pemalang Batang Tol Road (PBTR) dan beberapa perusahaan swasta lain”, ungkapnya.

“Memang, sejak dulu yang menjadi kekhasan dari warung kami adalah sambalnya”, tutur Mariana. Resep sambal ini adalah resep yang sama yang digunakan oleh neneknya saat berjualan pada kurun 1960-an. “Selain itu juga ada beberapa teknik pengolahan ikan yang diajarkan secara turun temurun”, tambahnya.

Sukma Berlian (18) salah seorang selebgram yang juga peninjau (reviewer) kuliner mengungkapkan bahwa menu yang ia santap saat di warung Bu Mariana sangat spesial. “Perpaduan rasa sambelnya sangat pas, pedas namun tidak membuat perut sakit, disamping itu wanginya juga khas, bikin kita jadi pengin nambah nasi terus”, terang Sukma.

Sementara itu, Cokro (42) pengunjung yang berprofesi sebagai sopir mengungkapkan bahwa menu yang disajikan oleh Bu Mariana mengingatkannya pada jalur pantura alas tempo dulu, saat jalan masih sempit dan cuma dua jalur. “Ini guramenya sedap dan kemriuk, tidak ada purnarasa (aftertaste) tanah atau berek sama sekali, sangat endul”, ungkapnya memuji.

Mariana menamai usaha warung & kateringnya dengan nama “Waroeng Mae” yang berarti warungnya Ibu. Hal ini merupakan perwujudan rasa sayangnya kepada orang tua dan leluhur. Anda semua yang berminat memesan bisa menghubungi nomor WhatsApp +62 857-9931-2747.



Editor: Fiza Umami

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *