BATANG, INFOBATANG.COM - Terlahir sebagai tunanetra tak membuat Mujiono (53) lantas berputus asa. Pria yang juga ayah tiga anak ini telah menjalani ragam profesi dan menekuni berbagai keterampilan. Dari mulai pijat, servis motor, tambal ban, hingga berdagang.
Ditemui di warungnya di daerah Sumurbanger, Tersono (Senin, 1/11/23) Mujiono dan Istrinya bercerita kepada Infobatang mengenai lika-liku hidup yang mereka jalani. “Saya membuka warung di sini (Sumurbanger-red) baru sekitar 2 tahun”, Ujar Mujiono membuka percakapan.
Secara administratif, Mujiono memang sebenarnya bukan warga Sumurbanger. Ia ber-KTP Sidalang. Desa yang kira-kira berjarak 4 km dari Sumurbanger. Saat ditanya terkait alasannya membuka warung di desa lain, Mujiono menjawab bahwa lokasi tempat ia berjualan sekarang berada di tepi jalur utama Tersono-Sukorejo yang bisanya juga dilewati kendaraan yang hendak menuju Magelang dan Jogja. Jadi lebih ramai.
“Disamping itu, karena mungkin yang membeli sebagian besar orang asing, jadi dagangan saya bisa lancar karena jarang dihutang”, ujarnya. “Padahal di sini, kalau malam bisa dibilang sepi, perkampungan juga agak jauh”, imbuhnya.
Bersama istrinya, Mujiono bercerita pernah mencoba berbagai jenis usaha. “Kami dulu pernah berjualan di Sentul, Gringsing. Saya berjualan kopi dan suami membuka layanan pijat”, ujar istri Mujiono. Kurang lebih selama 6 tahun mereka berdagang di lokasi yang berada di tepi jalur pantura tersebut. “Waktu itu, cuma ini keterampilan yang kami bisa”, tutur istri Mujiono.
Mujiono juga bercerita bahwa kalau ia pernah mengikuti semacam pelatihan kerja yang diperuntukkan bagi kalangan disabilitas. “Yang mengajak saya bergabung di komunitas tersebut namanya Pak Ali, dari situ saya belajar seluk-beluk bengkel motor”, ungkap Mujiono. Lokasi pelatihan berada di Pemalang. Bersama rekan-rekan disabilitas lain, Mujiono belajar keterampilan hidup. “Di tempat pelatihan, saya dan rekan-rekan lain sebelumnya ditanya terkait minat atau bakat yang kami miliki, kalau minatnya di bidang seni, ya akan dilatih tentang keterampilan seni, kalau minatnya di bidang lain juga akan di dorong”, tandas Mujiono.
Ragam pekerjaan telah Mujiono jalani. Dari mulai tukang pijat, bengkel motor, jual beli motor hingga tambal ban. “Saat ini karena anak-anak sudah besar, saya cuma fokus berjualan di warung dan tambal ban”, terang Mujiono. “Dulu, waktu anak-anak masih kecil dan kebutuhan masih banyak, saya bahkan harus tinggal sendiri karena istri bekerja ke luar negeri”, imbuhnya.
Apresiasi dari Komunitas Muda Berbahaya
Atas kegigihan dan kerja keras Mujiono, melalui saluran informasi dari sukarelawan daring, Mujiono diusulkan untuk menerima bantuan modal kerja. Komunitas Muda Berbahaya melalui Peduli Project lantas menindaklanjuti usulan tersebut dan melakukan survei. Program officer Peduli Project juga bertemu dengan Mujiono untuk melakukan wawancara.
Setelah semua proses dilakukan, Komunitas Muda Berbahaya melaui Peduli Project memberikan bantuan kepada Mujiono sebesar 3 juta rupiah. “Kami mengucapkan terima kasih kepada para donatur, bantuan ini akan kami gunakan untuk mengembangkan usaha”, ucap Mujiono. (FU)